Kamis, 07 Februari 2013

Untuk kamu

Kamu,
Seorang laki-laki yang duduk di belakang kursiku
Kamu,
Yang selalu menerima curahan hatiku, keluh kesahku

Kamu ingat  bagaimana awal pertemuan kita?
Dulu kita tidak pernah saling menyapa
Bertatap mata pun tidak
Kamu sibuk dengan urusanmu sendiri, aku pun begitu
Kita berada dalam satu naungan tetapi saling mengabaikan
Kita terlalu sibuk dengan diri sendiri
Pikirku saat itu, mengapa harus mempedulikanmu?
Toh, kamu hanya teman biasa
Mungkin, kamu juga berpikir sama sepertiku
Karena rasanya dulu kamu begitu asing bagiku.

Sampai akhirnya, sepertinya kita mulai saling menyapa
Aku tertawa pada setiap leluconmu
Kamu mulai bercerita banyak tentang segalanya.
Semuanya. Apa yang kamu suka dan apa yang kamu ingin kamu utarakan
Pada akhirnya, sampailah kamu pada persimpangan itu

Suatu persimpangan di mana kamu benar-benar mengaguminya
Kamu bercerita padaku tentang gadis itu
Dan selalu meminta aku untuk membantumu
Setiap kali kamu ingin berbicara tentang dia,
Kamu akan menyuruhku berputar ke belakang kursiku
Kamu mengatakan padaku bahwa kamu benar-benar mengaguminya
Aku mengerti. Semua terlihat dari binar matamu,
Dalam setiap penekanan kata-katamu ketika kita membicarakan dia
Tapi kemudian kamu harus terhempas pada suatu kenyataan
Bahwa ia lebih memilih yang lain dibanding kamu
Kamu terkoyak tetapi masih mampu untuk tertawa

Aku merasakan bahwa kita semakin dekat.....
Kita semakin sering berbagi
Aku lebih sering menjadi pendengar dan memberikan solusi
Sementara kamu dengan semangat menceritakan 'dia' yang lain
Karenanya kita semakin dekat.
Tidak, ini bukan masalah hati, sebatas teman berbagi kukira
Namun lagi, kejadian itu terulang, namun kamu masih bisa tersenyum

Akhirnya kamu menyerah sementara
Mungkin terlalu lelah dengan apa yang tidak bisa kamu genggam
Aku tidak mengerti mengapa mereka menolakmu,
Aku hanya tidak memahami, sudut manakah yang terlihat kurang darimu?

Mungkin kamu merasakan abu-abu dalam harimu
Mungkin kamu merasakan sepi yang menyelubungi
Jadi kamu semakin mendekatkan diri denganku
Karena denganku kamu bisa tertawa bebas
Itu yang kamu katakan

Hari terus berganti hari
Tanpa disadari aku semakin sering memperhatikanmu di kelas
Aku lebih sering mencari kabar tentangmu
Pendengaranku menjadi jauh lebih tajam ketika namamu disebut
Dan jantungku membuat detak-detak tak menentu
Ketika kamu ada di sampingku.

Sudah, aku mengerti. Aku bisa menyimpulkan perasaan ini.
Hanya saja aku tidak tau definisi dari apa yang aku rasakan terhadapmu
Mengapa rasanya aku begitu kesal melihat kamu jalan dengan dia?
Sudut-sudut mataku terasa panas ketika kamu bercerita
Bahwa kamu sangat menaruh kagum padanya
Aku paham. Aku mengangumimu
Dan masih tidak mengerti kenapa sampai detik ini
Aku tidak bisa melepaskan kamu dari benakku

Aku sadar, posisiku tidak lebih dari seorang pendengar
Tempat kamu mencurahkan semua tentang dia yang kamu kagumi
Aku juga cukup sadar kamu hanya menganggapku sebagai teman berbagi
Aku harus bagaimana?
Aku susah karena perasaan ini, kalau bisa mundur, aku ingin sekali mundur
Tapi kenyataan berbicara tentang kebalikannya
Bagaimanapun hati tidak bisa dibohongi
Jika kamu tau, aku sudah berusaha sekuat mungkin untuk menyanggah rasa ini
Jadi, maafkan aku yang sudah sangat lancang menaruh hati padamu

Waktu berlalu, menunjukan bahwa aku benar-benar mengagumimu
Kagum pada setiap tawamu
Yang mampu membuat aku merasa lebih baik
Kagum pada kepribadianmu
Yang masih bisa tersenyum setelah kamu merasa terkoyak
Aku mengagumi semua tentangmu
Terlebih, aku selalu merasa aman dan terlindungi
Setiap aku ada di sampingmu

Tentu saja seperti orang lain, aku berangan-angan
Pada setiap coretan kata yang kugoreskan
Kutitipkan harapan, aku ingin hari-hari ke depan tetap bersamamu
Nyatanya kamu memang tetap berada di sampingku
Walaupun kita tidak pernah menjadi sesuatu yang lebih dari ini
Tidak apa, aku mengerti
Aku tidak cukup baikmu
Aku sangat mengerti jika kamu tidak membalas perasaanku
Meski setiap waktu kamu selalu di sampingku
Tetapi tidak pernah lebih
Aku menerimanya.
Kamu tidak pernah merasa yanh kurasa.
Perasaan kita rupanya berbeda.
Tak apa.

Akhirnya aku hanya bisa menyampaikan rasa terima kasihku
Sebentuk perasaan syukur yang tidak terhingga
Setidaknya aku masih mempunyai kesempatan untuk dekat dengamu
Walaupun kesempatan menjadi bagian dari hatimu yang paling penting
tidak akan pernah bisa terjadi

Entah, berapa kata yang kutulis untukmu
Semua saksi, mereka mengetahui betapa aku sangat merasakan ini
Terimakasih kamu mau singgah di sini
Walaupun hanya untuk berbagi
Terimakasih untuk mempercayaiku

Terimakasih untuk rasa kagum yang tidak pernah kamu rasakan padaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar