Senin, 13 Mei 2013

Senyuman Seorang Gadis

Lelaki itu berdiri sambil memegang bola basket yang selalu ia mainkan pada saat senggang di sekolah. Bola yang sedari tadi ia pantul-pantulkan kini hanya ia pegang. Bola basket itu tidaklah penting jika dibandingkan dengan apa yang tengah ia perhatikan saat itu..

Matanya menatap pada satu arah. Satu sosok. Seorang gadis yang tengah tertawa di ujung lapangan.

Gadis itu membuat Nathan, lelaki berambut gondrong itu urung untuk memainkan kembali benda bulat yang ada dalam genggamannya. Otak dan hatinya sama-sama memerintahkannya untuk memperhatikan gadis itu.
Entah untuk yang keberapa kalinya ia memperhatikan gadis itu. Selama ini ia hanya bisa menatapnya dengan kagum dari jauh. Hanya menatapnya saja, ia tidak mencoba untuk membuat pembicaraan yang singkat.

Gadis penuh tawa. Setidaknya itulah panggilan yang Nathan berikan pada gadis di ujung lapangan itu. Setiap Nathan memandangnya, gadis itu tampak selalu tertawa bersama teman-teman perempuannya yang lain. Hati Nathan bergetar, ingin sekali ia menjadi alasan yang membuat gadis itu tertawa dan tersenyum. Nathan ingin dirinya menjadi alasan mengapa gadis itu bahagia. Ia ingin memiliki tawa gadis itu. Nathan ingin memilikinya.

Selama ini ia terlalu takut mendekati gadis itu. Ia takut senyum gadis itu akan hilang jika ia menghampirinya. Ia takut merusak tawa gadis itu. Jadi ia memutuskan untuk tetap menatap gadis itu jauh-jauh, tidak apa jika ia tidak bisa mengenal gadis itu lebih dekat, yang Nathan inginkan hanyalah perasaan lega ketika ia masih bisa melihat tawa pada wajah gadis itu.

Suatu waktu Nathan mendapati bahwa ada seorang lelaki yang selalu berada di sisi gadis itu. Lelaki itu merangkul, memeluknya, dan membuat raut wajah gadis itu lebih berbinar daripada yang biasa ia lihat. Gadis itu memberikan senyum termanisnya pada lelaki itu, lelaki yang selalu menggenggam tangan gadis itu.

Nathan terhenyak.

Kini, apa yang bisa ia lakukan? Harapannya untuk membahagiakan gadis itu rasanya musnah sudah. Harapan bahwa ia adalah alasan gadis itu tersenyum pupus. Sekarang sudah ada orang lain di samping gadis itu yang mampu membuat gadis itu tersenyum lebih lebar. Gadis itu segalanya yang ingin Nathan miliki sekaligus yang tidak bisa Nathan miliki.

Nathan hanya bisa melakukan satu hal melihat itu semua. Tetap memandangi gadis itu diam-diam walaupun ia merasa sakit. Dadanya sesak dipalu cinta dan harapan pupus. Namun ia bahagia bisa tetap melihat senyum terukir di bibir gadis itu. Ia bahagia walaupun tidak berada di samping gadis itu. Ia bahagia walau hanya bisa menjadi pengagum yang tidak berarti bagi gadis itu.

Karena yang penting baginya adalah tetap bisa melihat senyum dan binar bahagia pada wajah gadis itu. Baginya tidak ada yang lebih membahagiakan dan membuatnya lega. Senyuman gadis itu satu-satunya hal yang bisa membuatnya merasa utuh dan sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar