Hai, apa kabar kamu sekarang di sana?
Tidak terasa ya, sudah berbulan-bulan kita
tidak bertegur sapa. Sudah berulan-bulan pula saya tidak mendengar suara berat
kamu yang selalu saya suka. Rasanya aneh melewati hari tanpa kamu. Hampa,
kosong, waktu terasa berjalan begitu lama ketika kamu tidak di samping saya.
Pada hari-hari awal ketika kamu mengucapkan selamat tinggal, rasanya begitu
berat. Rasanya saya tidak mau dan tidak mampu melewati detik demi detik dalam
setiap harinya. Rasanya bahagia saya hilang begitu saja, namun bagaimana pun saya
harus tetap menjalani hari seperti biasanya kan? Seperti yang kamu mau, saya berusaha
lakukan itu. Bersikap sebiasa mungkin, seolah-olah tidak kehilangan, padahal
sepi begitu membuat saya sesak.
Saya ingin tahu, bagaimana keadaan kamu
kini tanpa saya? Apakah sama tersiksanya seperti saya? Ataukah kamu bahagia
karena bisa terlepas dari saya? Apapun itu, saya selalu doakan yang terbaik
untuk kamu, dan untuk kita.
Saya tidak bisa menjelaskan perasaan saya
sekarang. Perasaan hampa, jiwa saya seperti tidak di tempatnya. Jika kamu ingin
tahu, setiap paginya saya selalu berharap bisa bertemu pandang denganmu di
parkiran sekolah dalam seragam putih abu-abu sekolah kita. Atau mungkin kita
bisa bertemu di masjid ketika jam istirahat? Dan kamu tidak bisa mengerti
betapa bahagianya saya hanya dengan melihat kamu tertawa di tengah-tengah
gerombolan temanmu, walaupun kamu sama sekali tidak memandang ke arah saya,
walaupun kamu sama sekali tidak menyadari kehadiran saya, atau pura-pura tidak
sadar, saya bahagia. Karena satu-satunya yang saya butuhkan adalah dekat
denganmu, jadi tolong jangan berusaha menjauh. Baru saya sadari, saya yang terlelap setelah
seharian menunggu pesan singkat darimu, meskipun saya menyadari betul bahwa
namamu tidak akan tercantum pada layar ponsel saya, saya tetap selalu menunggu.
Saya akan tetap selalu ada di sini untuk kamu, seperti janji saya dulu.
Rasa rindu ini begitu nyata. Saya bisa
merasakannya, perlahan-lahan menguras air mata ketika saya mengenang saat-saat
kita bersama dulu. Saya rindu ucapan selamat pagi darimu, rindu kamu yang
ucapkan selamat tidur dan jadikan setiap malam indah, saya rindu tatapan mata
kamu yang teduh dan kalemnya senyuman kamu. Saya rindu wangi jaketmu, saya rindu
segala hal tentang kamu, segala hal menyenangkan yang pernah kita lalui
bersama.
Kadang saya memohon pada waktu, agar kamu
bisa kembali pada saya. Tetapi yang membuat pedih adalah sang waktu tidak
membawa saya kembali pada masa-masa menyenangkan itu, bahwa ia tidak mau mengerti
begitu menyedihkan dan sulit masa yang saya hadapi sekarang tanpa kamu.
Saya selalu bertanya-tanya dalam hati,
apakah kamu larut dalam rindu yang sama dengan saya? Ataukah justru kamu
bahagia tanpa hadirnya saya? Pernah tidak saya, sekali saja, terlintas dalam
pikiran kamu? Jika kamu menanyakan hal yang sama, kamu telah melontarkan
pertanyaan konyol, bahkan kamu selalu berdiam dalam pikiran saya dan tidak mau
pergi.
Jika saya masih ingin di sini, menunggu
kamu yang entah akan kembali atau tidak, apakah saya salah? Jika saya masih
ingin berharap dan merindu, bolehkah?
Pernah suatu kali saya mencoba melupakan
segala tentang kamu dan melepaskan bayang-bayang kamu, namun ketika saya
kembali menatap wajahmu, meskipun itu hanya sekilas, hati saya berontak. Mata
saya memanas, dan perasaan itu hadir kembali. Sudah berbulan-bulan saya
berusaha melupakan kamu, sudah berbulan-bulan saya meyakinkan diri sendiri
bahwa kamu sudah tidak berarti apapun bagi saya. Namun begitu sosok kamu muncul
lagi di hadapan saya, ternyata hati saya membantah, saya masih mencintai kamu
dan rupanya perasaan ini tidak bisa hilang begitu saja, bahkan oleh waktu. Jadi
saya menyerah untuk mencoba membuang segala pikiran tentang kamu. Saya hanya
bisa membiarkan segala sesuatunya berjalan apa adanya.
Saya selalu berharap semoga kita
dipertemukan kembali dalam suatu waktu yang lain, jika tidak sekarang. Membawa
rasa yang sama seperti berbulan-bulan yang lalu, karena hanya nama kamu yang
masih tertambat dalam hati saya, bahwa ternyata perasaan saya terhadap kamu
belum berubah. Maafkan saya jika saya sudah lancang mencintai kamu sebesar ini,
jangan salahkan saya. Saya tidak keterlaluan, perasaan inilah yang sebenarnya
terlalu.
Saya hanya bisa berdoa bahwa suatu saat
nanti akan ada jalan yang bisa membawa kita bersama kembali, kadang saya merasa
begitu naif dan egois mengharapkan segalanya kembali seperrti dulu, padahal
saya tahu bahwa segalanya tidak akan pernah sama lagi. Maafkan saya, ya.
Saya rindu kamu.
Kak ijin ya buat di jadikan video musikalisasi puisi di channel YouTube Keuangan Skada.. Terimakasih
BalasHapus